Author : Cerita RakyatTidak ada komentar
Pasca proklamasi, Indonesia masih belum bernafas lega. Belanda masih belum mau keluar dari bumi pertiwi. Kondisi ini yang membuat situasi dalam negeri kacau. Semua orang saling mencurigai. Bahkan sekelas Jendral Soedirman saja pernah jadi korban salah tangkap.
Saat sedang bergerilya, Jendral Soedirman dan pasukannya ditawan oleh Batalion 102 pada 23 Desember 1948 di Bendo, Tulunggagung. Kapten Soepardjo, ajudan dari Soedirman sampai diinterogasi di markas batalion.
Sementara itu, Soedirman memilih tinggal di dalam mobil. Pasukan pengawal Soedirman sudah dilucuti oleh batalion tersebut. Di markas Batalion itu, Soepardjo meminta untuk bertemu dengan komandan batalion, Kapten Zainal Fanani.
Merdeka.com
Suasana menjadi rumit pasalnya Soepardjo tak mengenali pasukan yang menawannya itu. Keadaan semakin kacau karena pasukan tersebut mengatakan jika seorang tawanan tidak bisa bertemu dengan komandan .
Beruntungnya ada seorang perwira yang berbaik hati memanggilkan komandan untik menemui Soepardjo. Memasuki Magrib, Soedirman meminta untuk salat. Batalion tersebut kemudian mengijinkannya pergi ke masjid yang letaknya dekat dengan markas.
Detik.com
Tak berapa lama, kemudian tibalah Kapten Zainal ke markas batalion. Baru saja sampai, bawahannya mengatakan jika mereka sudah menawan pasukan tak dikenal. Betapa terkejutnya Zainal saat mengetahui ada Jendral Soedirman, sang Panglima Besar yang ia tawan.
Historia.id
Di dalam masjid, Zainal langsung bersujud kepada Soedirman dan meminta maaf atas apa yang pasukannya lakukan. Dilansir historia.id (14/10/2018). Kala itu Jendral Soedirman memang dalam aksi inkognito.
Ia sedang menyamar, berpakaian preman dengan mantel lusuh. Inilah yang menjadi miskomunikasi dari peristiwa tersebut.
Artikel Terkait
Posted On : Rabu, 02 Januari 2019Time : Januari 02, 2019