Bismilah.

Kamis 13 Januari 2014, seakan tak mau kalah dengan Sinabung dan teman-teman gunung lain, Kelud memuntahkan isi perutnya. Ia meletus, mengoyak indahnya malam Kediri, Malang dan sekitarnya. Menyemburkan debu, pasir dan batu panas, merusak infrastruktur, memecah bahagia jutaan warga, yang sedang asyik dengan rutinitas mereka.

Yayasan Islam Al-Furqon Magelang di bawah komando Ust. Muhammad Wujud Arba’in, sigap menggalang dukungan dan bantuan untuk para korban. Bersinergi dengan beberapa pondok pesantren dan lembaga dakwah Islam dari Kediri, Sukoharjo, Malang, Temanggung, Wonosobo, Jogja dan di Magelang sendiri termasuk kami, santri dan keluarga besar Ma’had ‘Aliy Sa’ad bin Abi Waqqosh sebagai bagian dari Yayasan Islam Al-Furqon, bergerak sebagai relawan, terjun langsung ke ‘medan pertempuran’.

Kami lebur dan lupakan sejenak siapa kami. Status ustadz, gelar mahasantri, kami tinggal dan abaikan. Kami datang sebagai dai, sebagai saudara sesama muslim yang tergerak hati dan imannya, melihat saudara dan keluarga muslim lain yang sedang tertimpa musibah dan kesusahan.

Di ‘medan tempur’ Kelud’ ini, baru dan hanya sedikit yang bisa kami bantu dan berikan untuk para korban. Selebihnya, kami lebih banyak belajar, belajar, dan belajar. Kami belajar mengamalkan mulianya ajaran Islam yang sudah kami ilmui. Kami belajar bagaimana berempati dan menumbuhkan peduli. Kami belajar bagaimana bersinergi dalam kebaikan, di tengah jeratan berbagai ketidaksepahaman pemikiran. Kami belajar bagaimana membangun ketabahan dan keistiqomahan di tengah himpitan cobaan. Kami belajar melupakan status dan gelar akademik, yang kadang melenakan. Kami belajar melebur menjadi satu hati, satu tubuh, satu iman, sebagai sesama muslim, yang dituntut menjadi rahmatan lil ‘alamin. Kami belajar menyiapkan diri sebaik-baiknya, menuju kehidupan abadi nanti …

Ya Alloh, semoga Engkau sudi menjadikan amal kecil kami, ikhlash karenaMu, hanya untuk mengharap perjumpaan indah memandang wajahMu … Amin

Ldata Magelang